|
Shinkyo Bridge |
Nikko sebelumnya hanya ku kenal sebagai salah satu nama hotel mewah di bilangan Jalan Thamrin, tapi sekarang hotel itupun sudah ditutup. Bermula dari dapat tiket promo ke Tokyo seharga 3 juta PP untuk bulan Agustus 2018 dan ternyata baru tahu kalau di bulan itu Jepang tengah musim panas yang suhunya bisa mencapai 38 derajat. Berhubung aku orangnya kalau kepanasan dan terkena terik matahari jadi gampang pusing dan berkunang-kunang, maka browsinglah tempat-tempat wisata yang berada di kawasan pegunungan yang lokasinya masih terjangkau dari Tokyo. Maklum cuma punya waktu 5 hari efektif di Jepang. Ketemulah dua lokasi yaitu Nikko dan Kawaguchiko yang semuanya cukup ditempuh dalam waktu 2,5 jam dari Tokyo.
Dengan berbekal Nikko Pass seharga 2000 Yen yang berlaku selama dua hari yang ku beli secara online di
di sini, berangkatlah aku ke Nikko dari Stasiun Asakusa. Oiya Pass ini selain mengcover transportasi dengan kereta maupun bus di World Heritage area hingga Shin-Fujiwara Station (Nikko City), juga sudah termasuk tiket kereta Asakusa - Nikko PP dengan kereta lokal. Kalau kita mau naik kereta limited express atau Shinkansen maka harus bayar lagi tapi dengan diskon 20%. Harga tiketnya sebesar 2800 Yen sekali jalan. Tak salah aku pilih kereta lokal yang meskipun harus dua kali transfer ganti kereta di Hikifune dan Minami Kurihashi Station, karena sampainya hanya selisih 30 menit dibandingkan naik kereta cepat juga di sepanjang perjalanan aku bisa menikmati indahnya pemandangan pedesaan khas Jepang. Cantik sekali. Oiya selain Nikko Pass yang berlaku selama 2 hari, masih ada Nikko All Pass yang berlaku selama 4 hari dan transportasinya mencakup seluruh wilayah Nikko seharga 4500 Yen. Pilihan wisata dengan Nikko Pass adalah Area World Heritage, Tobu World Square, Edo Wonderland dan Kinugawa Onsen. Karena keterbatasan waktu aku hanya ambil lokasi wisata satu dan dua.
Kereta menuju Nikko sama persis dengan kereta commuter yang ada di Jakarta. Ya iyalah, kan kereta CL Jakarta memang import bekas dari sana. Hehehe.. Saat ganti kereta yang terakhir bahkan penampakannya seperti kereta tua. Tapi meskipun begitu kereta bersih dan tentu saja selalu terawat dengan baik. Di Hikifune Station aku dapat teman seperjalanan seorang traveler dari Inggris bernama Darliah. Dia kebingungan mau naik kereta apa karena memang jalur kereta di Jepang sangat ruwet kalau kita belum paham.
Sesampainya di Tobu Nikko Station, saat keluar dari peron ku ambil jalur khusus dekat Informasi karena Pass nya tidak bisa digunakan di mesin tiket. Jadi saat kita mau keluar ataupun masuk stasiun harus menunjukkan langsung Passnya pada petugas. Secara umum stasiunnya tidak begitu besar berupa bangunan sederhana tapi cukup unik. Ada tempat penitipan koper dan juga musholla di lantai 2. Tapi kalau mau sholat harus minta kuncinya ke petugas informasi lebih dulu ya.. Di depan stasiun langsung terhubung dengan bus yang menuju ke kawasan UNESCO World Heritage maupun yang ke arah Chuzenji Lake yang hanya tercover oleh Nikko All Pass.
Setelah mengisi perut dengan roti bakar bekal dari rumah - Alhamdulillah perutku tidak rewel, apa saja bisa masuk tak harus nasi, bergegas aku menuju ke halte menunggu bus 2B yang rutenya melewati kawasan World Heritage yang terdiri rutenya bisa dimulai dari Shinkyo Bridge dan kemudian berlanjut ke tiga kuil besar yaitu Rinnoji Temple, Toshogu dan Futarasan Jinja. Ketiga temple ini letaknya berada dalam satu komplek yang luas, jadi kita bisa jalan kaki saja untuk mengunjunginya sambil menikmati hijau dan segarnya udara di sekelilingnya. Naik turun bus cukup dengan menunjukkan kartu sakti Nikko Pass maka kita akan gratis secapeknya selama dua hari. Pass tidak bisa digunakan sebagai tiket masuk ke kuil ya, jadi kita harus beli tiket terpisah yang tarifnya berkisar antara 300 - 1300 Yen. Kemarin aku ga masuk ke dalam kuil, cukup melihat-lihat saja dari luar sudah puas.
Kuil Toshogu adalah salah satu kuil yang ngehits yang harus dikunjungi - dibangun pada tahun 1617 untuk menghormati Tokugawa Ieyasu yang merupakan pendiri keluarga Tokugawa yang menguasai seluruh wilayah Jepang pada tahun 1600 - 1869. Di depan kuil terdapat Pagoda merah 5 lantai setinggi 36 meter bernama Pagoda Gojunoto. Yang menarik adalah di jalanan depan Rinnoji Temple ku temukan pertunjukan topeng monyet. Hampir sama dengan yang ada di Jakarta dulu tapi bedanya si monyet terlihat enjoy dalam bermain karena kalau capek dia dipijitin sama pawangnya.
Shinkyo Bridge baru ku kunjungi pada hari kedua karena pas hari pertama busnya sudah kelewatan. Mau balik jalan kaki kok males, sudah capek. Jembatan kayu berwarna merah yang melintasi sungai Daiya ini merupakan pintu gerbang masuk ke kuil-kuil besar yang ada di Nikko. Jangan lupa untuk foto-foto di sini karena ini salah satu icon kota Nikko. Untuk melintasi jembatan tiket masuknya sebesar 300 Yen.
Meskipun Nikko bukan merupakan tujuan wisata utama buat wisatawan dari Indonesia dan kali ini hanya bisa mengunjungi kawasan World Heritage dan Tobu World Square, tapi melihat keindahan alamnya, keramahan warganya dan keanekaragaman budayanya, maka sebenarnya sayang kalau tempat ini dilewatkan begitu saja dalam itinerary anda. Beneran deh, nyesel kalau tak mampir ke sini. Kalau ada kesempatan balik ke Jepang lagi, aku akan agendakan lagi ke sini karena ingin menikmati keindahan alam di Chuzenji Lake, Kegon Falls, Ryuzu Falls dan sekitarnya. Hanya satu kekurangannya, belum ada restoran halal di sini. Jadi kalau mau aman sebaiknya bawa bekal lauk dari rumah dan cari penginapan yang ada dapurnya sehingga bisa masak sendiri.
#JapanNikko
|
Tobu Nikko Station |
|
Musholla di lantai 2 Stasiun |
|
Kereta jadul yang masih perkasa |
|
Rinnoji Temple |
|
Pintu masuk Toshogu Shrine |
|
Pagoda Gojunoto |
|
Gerbang masuk Futarasan Jinja |
|
Lipatan kertas di depan Kuil. Sepertinya ini berisi harapan/doa |
|
Gadis Jepang dengan Yutaka |
|
Pemandangan menuju Kuil |
|
Topeng monyet ala Jepang |