Kamis, 25 April 2013

Blusukan Pulau Rote (2) : Setiap Sudutnya Adalah Tempat Wisata


Pemandangan pantai di tepi jalan menuju Papela 
Mengunjungi pulau terluar Indonesia di bagian selatan ini ibarat kita berada di surga dunia. Dari sejak turun dari kapal cepat di Pelabuhan Ba’a, mata kita sudah dimanjakan dengan suasana yang menghipnotis. Lautnya yang berwarna biru kehijauan yang bening ditambah tiupan angin yang semilir membuat rasa lelah dan cemas akibat perjalanan laut selama 2 jam yang cukup mencekam karena goncangan kapal yang keras di Selat Pukuafu langsung hilang seketika. Perut yang mual, kepala yang sedikit pusing dan wajah yang lesu kini berganti menjadi merona memancarkan keceriaan. Ini bukan lebay loh, tapi fakta. :)



Begitu menapakkan kaki ke daratan, langsung kuhirup udara dalam-dalam. Kapan lagi bisa menikmati kesegaran alami seperti ini? Di Jakarta aku tak akan bisa menemuinya bahkan saat pagi buta sekalipun.
Biasanya traveller terutama wisatawan manca negara kalau ke Rote akan mengunjungi Pantai Nembrala yang konon merupakan salah satu pantai favorit di dunia untuk surfing karena ombaknya yang tinggi. Merupakan pantai di pesisir barat Pulau Rote, Nembrala dapat ditempuh dalam waktu sekitar satu jam dari Pelabuhan Ba’a. Di sini telah banyak terdapat penginapan, tapi jangan kaget karena sebagian besar dimiliki oleh orang asing.

Bagi anda yang muslim tak perlu khawatir dengan makanan, karena di kota Ba’a banyak pendatang dari Jawa yang kemudian menetap dan sebagian besar dari mereka bermata pencaharian sebagai pedagang makanan. Saat aku makan gulai kepala ikan yang segar, ternyata yang punya warung adalah orang Jogja. Udah jauh-jauh ke ujung selatan Indonesia, eh.. ketemu orang sekampung. Jadilah kami ngobrol dengan bahasa Jawa. Hehehe..

Selain di Ba’a, ada satu lagi perkampungan muslim di Rote Timur yang bernama Papela. Dari Pelabuhan Ba’a kita akan mengambil arah yang berlawanan dari Pantai Nembrala. Jika ke Nembrala mengambil arah ke kanan, maka untuk ke Papela harus mengambil arah ke kiri. Nanti akan aku ceritakan tersendiri keindahan kampung kecil yang tak terlupakan ini dalam tulisan tersendiri.

Untuk menuju lokasi-lokasi tersebut, maka sepanjang perjalanan kita akan disuguhi panorama ciptaan Illahi yang cantik dan indah tiada terperi. Sebagian jalanan terletak di tepian pantai dimana semua pantai di sepanjang pulau merupakan pantai berpasir putih bersih dan airnya sangat jernih. Ya, karena ini adalah pulau terpencil yang penduduknya masih sedikit sehingga nyaris tak ada polusi yang ditimbulkannya. Dan yang paling penting, untuk menikmati itu semua tak perlu membayar tiket masuk. Semuanya gratis sepuasnya..!

Ketika jalanan berada di tengah-tengah perkampungan maupun hamparan lahan pertanian, pemandangannyapun tak kalah menyenangkan. Deretan pohon lontar saat musim kemarau akan terlihat sangat eksotis karena warna hijau daunnya akan terlihat kontras dengan tanah dan rerumputan kering di sekitarnya yang berwarna coklat. Saat melewati sungai yang mengering dan hanya menyisakan sedikit oase pun terlihat cantik sekaligus dramatis.

Saat melewati kawasan peternakan, maka akan terlihat kambing, sapi dan kuda yang bergerombol meruput di padang nan luas. Pohon-pohon jati yang meranggas tampak laksana membawa kita berada di suasana musim gugur. Kali ya, karena aku juga belum pernah merasakannya. Hehehe..  Saking panas dan keringnya musim kemarau, bahkan aku lihat hutan jati yang sampai terbakar bagian bawahnya.

Ada satu cerita yang sepertinya tak akan pernah terlupa dalam ingatan. Saat berhenti di Pantai Baru, aku sangat terpesona dengan keindahan yang ada di situ. Pantainya sangat sepi dengan pemandangan yang sangat menawan hati sehingga aku benar-benar terlihat norak saat itu karena tak pernah kulihat pemandangan sespektakuler ini sebelumnya. Tentu saja tak kulewatkan untuk jeprat-jempret ambil gambar kesana-kemari untuk mendapatkan sudut-sudut terbaik. Nah, di pinggir pantai terdapat pohon asam yang besar dan berbuah lebat sehingga aku tertarik untuk berfoto juga di sini. Ku panjat sedikit ke atas untuk mengambil pose terbaik. Selesai berfoto, saat mau turun tiba-tiba.. gubraak..! Aku jatuh terduduk dengan pergelangan kaki kiri menekuk sempurna. Dan sakitnya, woooow, super sekaliiii.. Aku harus menerima kenyataan bahwa kakiku terkilir dan harus dipapah saat berjalan. Inilah akibat nya, norak membawa sengsara. Hehehe..

Ah, Pulau Rote.  Kemanapun mata memandang, yang terlihat adalah keindahan, kesejukan, kesegaran  dan ketenangan.


Jumat, 05 April 2013

Blusukan Pulau Rote (1) : Perjalanan Yang Penuh Tantangan

Siap menyeberang ke Pulau Rote dengan kapal cepat

Dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Iklan politik salah satu calon Presiden RI beberapa tahun yang lalu masih terngiang di telingaku. Ke-4 pulau yang disebut itu merupakan sebagian pulau terluar yang mewakili batas sebelah barat, timur, utara dan selatan Indonesia.  Saat itu aku hanya bisa bermimpi untuk bisa menapakkan kaki di pulau itu, Alhamdulillah ternyata Allah mengabulkan keinginanku. Ya, aku telah mengunjungi 2 dan nyaris 3 dari pulau-pulau itu, yaitu Merauke dan Rote. Mengapa nyaris 3? Karena Aceh telah aku sambangi, dan sebenarnya sedikit lagi bisa sampai ke Sabang. Tinggal menyeberang tak kurang dari 1 jam, sampailah di sana. hehe...

Disambut alat musik Sasando

Menuju ke Rote perlu nyali yang cukup besar, apalagi jika sedang musim angin. Mengapa? Karena perjalanan udara maupun laut akan menjadi tantangan tersendiri. Bagaimana tidak, dua kali aku kesana, saat akan mendarat di Bandara Eltari Kupang selalu terjadi turbulensi yang disebabkan oleh tiupan angin yang sangat kencang. Selama 15 menit pesawat terguncang cukup keras, rasanya seperti naik mobil di jalanan berbatu tapi ini terjadi di udara. Seru kan? Padahal di luar cuacanya sangat cerah lho. Bahkan yang kedua kalinya, saat mendarat roda pesawat tidak turun bersamaan tapi sebelah-sebelah sehingga pesawat sempat terasa oleng. Pokoknya harus banyak-banyak berdoa dan berdzikir untuk menenangkan hati.

Kupang saat musim kemarau

Perjalanan udara saat itu dilayani oleh pesawat Lion, Sriwijaya dan Batavia dengan rute Jakarta-Kupang. Sayangnya Batavia satu-satunya maskapai yang menyediakan penerbangan langsung, saat ini sudah gulung tikar. Harga tiket pesawat Jakarta-Kupang pp berkisar di angka Rp 2 jutaan. Cabalah ke sini pada saat musim kemarau, maka kita akan lihat pemandangan yang eksotis dimana pemandangan di bawah akan terlihat berwarna coklat karena hampir semua pepohonan meranggas akibat kekurangan air.

Suasana di Pelabuhan Tenau

Untuk menuju Rote, kita harus menyeberang laut. Jika ingin cepat, bisa naik kapal Bahari Express yang berangkat dari Pelabuhan Tenau tiap jam 08.30 WIB dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Tarifnya Rp 120rb untuk kelas ekonomi dan Rp 165rb untuk kelas VIP. Naik kapal Pelni juga bisa, tapi berangkatnya dari Pelabuhan Bolok dengan waktu tempuh sekitar 4 jam.

Suasana di dalam kapal Express Bahari kelas VIP

Nah, jika sudah berada di tengah laut, kita akan menikmati sensasi berikutnya. Bersiaplah untuk menghadapi ganasnya ombak di Selat Pukuafu karena kita akan merasakan tamparan sang ombak di jendela kapal hingga membuat badan kapal seperti terombang-ambing. Suasana ini akan kita nikmati hingga 15 menit, sampai-sampai ada teman seperjalananku merasa mual, hampir muntah dan wajahnya terlihat pucat. Teman yang lain memilih minum obat sakit kepala agar bisa tertidur sehingga tidak ikut merasakan kejamnya guncangan. Akhirnya aku tahu mengapa Selat Pukuafu menjadi terasa menyeramkan. Tak lain karena di tempat inilah terjadi pertemuan arus dari Laut Timor, Laut Sawu dan Samudera Hindia. Hmmm... pantesan saja.

Di ruang nahkoda


Pemandangan di luar kapal. Adem..

Saat sang ombak sudah kembali tenang, jangan lupa untuk menikmati indahnya pemandangan di luar. Kita akan disuguhi pemandangan laut yang bening berwarna biru kehijauan, langit yang juga biru berhiaskan awan putih yang cantik, dan tentu saja semilir angin yang menyejukkan. Kalau kita naik di kelas VIP, kita bisa masuk ke ruang kemudi untuk melihat apa saja yang ada di sana dan bagaimana nahkoda mengendalikan kapal. Asyik kan?

Sampai di Pelabuhan Ba'a

Pelabuhan yang kita tuju di Rote adalah Pelabuhan Ba'a. Sebaiknya kita menyewa mobil atau angkot untuk menuju tempat tujuan, karena kota Ba'a ibukota Rote Ndao ini sangat sepi, tak ada banyak angkot yang bisa melayani ke berbagai tujuan. Sesaat kaki menapak di daratan, maka kita telah mulai disuguhi indahnya panorama salah satu batas negeri ini. Welcome to Rote Island..!

Angkot yang ku sewa, Ba'a - Papela Rp 300rb