Jumat, 10 Maret 2017

Jalan-jalan Hemat ke Bangkok (Day 3 : Masjid Jawa)


Hari kedua agendanya hanya mengunjungi dua tempat saja karena sehari sebelumnya kaki sudah gempor ke sana sini. Berhubung ini adalah hari terakhir maka sekalian deh check out dari hotel. Sarapannya cukup makan jambu Bangkok dan pisang yang semalam dibeli di dekat Stasiun BTS Ratchathewi. Harga buah rata-rata dijual B20 per pack. Jambu biji isinya 3 gede-gede, sedangkan pisangnya sesisir isi 6 buah.

Dengan naik Grab kami langsung menuju ke Masjid Jawa yang terletak di daerah Sathorn. Kali ini kami beruntung ketemu driver yang baik hati dan lancar berbahasa Inggris. Jadi sepanjang jalan asyik ngobrol deh. Karena jalanan macet dia menyarankan lewat tol saja. Pas aku mau mengeluarkan uang dari dompet dia bilang begini : "Khusus buat anda biaya tolnya biar saya saja yang bayar. Biasanya penumpang yang saya minta untuk bayar." Alhamdulillah...

Dari hasil ngobrol kuketahui ternyata dia keturunan orang Filipina yang lahir di Bangkok dan kemudian sekolah di Amerika. Oh, pantes saja bahasa Inggrisnya ok, tidak seperti driver lain yang kebanyakan hanya bisa berbahasa Thai.

Setelah melalui sekitar 30 menit perjalanan, sampailah kami di Masjid Jawa yang letaknya agak masuk di jalanan sempit searah yang hanya cukup untuk satu mobil saja. Masjid ini dikelilingi oleh gedung bertingkat dengan arsitektur layaknya masjid yang ada di Jawa. Ya karena di daerah ini adalah pemukiman orang Jawa yang dahulu dipekerjakan oleh Raja Thailand untuk membangun Lumpini Park. Saat kunjungan ke Indonesia sang Raja sangat terkesan dengan Kebun Raya Bogor sehingga beliau ingin membangun taman serupa di negaranya. Keturunan KH. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah juga ada yang tinggal di sini dan salah satunya menjadi tokoh yang disegani karena berhasil menemukan barcode label halal sehingga memudahkan pemerintah Thailand untuk melakukan eksport produknya ke negara-negara muslim.

Kebetulan kami datang pas hari Jumat. Di masjid akan ada acara makan bersama setelah Jumatan dengan konsep makan ramai-ramai di satu nampan. Sayangnya jamaah dan pengurus masjid yang kami temui walaupun keturunan Jawa tapi tidak ada yang bisa berbahasa Jawa maupun Inggris. Jadi akhirnya ya celingak celinguk aja di situ. Hehehe..

Arsitektur masjid ini seperti layaknya masjid yang ada di Jawa yaitu atapnya berundak. Bagian dalamnya tampak sederhana dilengkapi dengan jam bandul. Di bagian belakang masjid terdapat madrasah tempat anak-anak belajar agama termasuk baca tulis Al Quran layaknya TPA.

Karena waktu sholat Jumat masih lama maka kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan lagi ke MBK center untuk mencari souvenir dan wisata kuliner halal di sini. Yuuuk...





Tidak ada komentar:

Posting Komentar