Minggu, 31 Mei 2020

Takdir. Meminjamkan Uang untuk Umroh Dibalas dengan Diumrohkan

Desember 2018 kami, aku dan suami sudah menyiapkan diri untuk melakukan perjalanan ke Turki dan ke Tanah Suci pada pertengahan bulan Januari 2019. Sudah terbayang di depan mata romantisnya suasana di atas kapal pesiar menyusuri Selat Bosphorus dan main salju di Bursa serta beribadah di dua masjid suci.

Sebulan menjelang keberangkatan Allah berkehendak lain. Mendadak suami diuji dengan stroke bernama SAH Aneurisma. Ya itu adalah stroke yang tingkatannya paling parah dimana pembuluh darah yang ada di otak pecah sehingga darahnya meleber ke mana-mana di seputar kepalanya.

Setelah menjalani beberapa jenis operasi baik di kepala maupun lehernya dan harus dirawat di ICU selama dua bulan, atas ijin Allah suami bisa melewati semuanya. Walaupun selama sepuluh bulan hanya bisa terbaring di tempat tidur tanpa mampu menggerakkan bagian tubuhnya dan dengan luka yang menganga di sekitar tulang ekornya, makan minum lewat selang NGT, bernafas dengan alat bantu selang tracheostomy, BAK pakai kateter, Alhamdulillah sekarang kondisinya sudah pulih dan normal kembali. Bicara sudah lancar, makan minum seperti biasa dan semua organnya berfungsi dengan baik. Tinggal pemulihan otot kakinya saja agar bisa berjalan lagi seperti dulu kala.

Balik kembali ke laptop. Mengingat parahnya penyakit yang diderita suami maka aku memutuskan untuk membatalkan perjalanan. Alhamdulillah dana yang sudah disetor bisa balik secara utuh, hanya untuk tiket pesawat ada yang kena potongan. Sedih sih, tapi aku tetap berusaha berprasangka baik bahwa semua pasti ada hikmahnya. Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan umatNya.

Pertengahan tahun 2019. Mendadak ada yang minta tolong untuk tukar kocokan arisan karena perlu uang untuk melunasi biaya Umroh. Sebenarnya aku juga lagi perlu banyak dana untuk melunasi biaya operasi suami dan kebutuhan lainnya. Tapi akhirnya aku berikan setengah uang arisan untuknya sambil berdoa semoga dana itu bermanfaat dan untukku diberikan kecukupan rejeki.

Sebulan setelahnya. Tiba-tiba ada yang WA menawarkan apakah aku bersedia diberangkatkan Umroh. Katanya setiap tahun memang sudah berniat mengumrohkan orang lain. Mak deg. Setelah terdiam cukup lama aku bertanya, pertimbangannya apa kenapa aku yang dipilih? Bla..bla..bla.. jawabnya. Maaf ya sengaja disensor khawatir nanti jadi riya'. Jangan kepo ya?

Baiklah aku minta waktu seminggu dua minggu untuk sholat istikharah dulu sebelum mengambil keputusan iya atau tidaknya. Setelah melewati perenungan, doa dan hasil istikharah akhirnya aku mantab memberikan jawaban. Insya Allah aku bersedia menerima tawarannya dan kutanyakan berapa anggarannya. Kalau pakai travel yang biasa dia pakai sekian. Mataku langsung berbinar-binar. Wah bisa sekalian buat ke Turki dengan Umroh mandiri dan tinggal menambah sedikit biaya lagi.

Dan sekarang di sinilah aku berdiri (cerita ini ditulis ketika posisi masih ada di Istanbul). Menginjakkan kaki di Turki, salah satu negeri yang memang masuk dalam list mimpi untuk didatangi dan insya Allah dilanjutkan menuju ke Tanah Suci. Tadinya mau mengajak suami, tapi karena jalannya belum sempurna dan masih banyak tergantung pada kursi roda maka kuputuskan berangkat sendirian.

Aku yang tadinya hanya meminjamkan uang untuk Umroh ternyata Allah kasih balasan berlipat ganda yaitu diberangkatkan Umroh melalui tangan seorang dermawan yang penuh ketulusan tanpa pamrih. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang jauh lebih baik lagi dan keberkahan selalu menyertai dirinya dan keluarganya. Aamiin.

#TurkiTravelling
#Umroh
#MbolangTurki
#Istanbul

Blue Mosque alias Sultanahmed Camii

Hagia Sophia

Topkapi Palace
Uludag Mountain



Uludag Mountain

Selat Bosphorus

Senja di selat Bosphorus

Sulaymaniye Camii, hujan salju

Zamzam Tower

Masjid Nabawi

Masjidil Haram

Tidak ada komentar:

Posting Komentar