Kamis, 15 November 2012

Asa Dari Bumi Sumbawa


Seperti kita ketahui, Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu daerah peternakan di Indonesia dimana sebagian besar kebutuhan daging sapi didatangkan dari sini. Hampir di setiap rumah pasti memelihara sapi, baik milik sendiri maupun memelihara milik orang lain dengan sistem bagi hasil atas anak sapi yang dilahirkan.

Bersama pendamping dan peternak Bima
Meskipun demikian, tingkat penghasilan penduduknya belumlah dapat dikatakan sejahtera. Terbukti banyak dari mereka baik laki-laki maupun peremuan yang memilih untuk bekerja di luar negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di bidang informal, yaitu sebagai pembantu rumah tangga maupun berkerja di perkebunan. Negara favorit yang menjadi tujuan mereka adalah Timur Tengah dan Malaysia.

Mengingat potensi yang besar namun belum tergarap dengan optimal, pada bulan Agustus 2009, Dompet Dhuafa menurunkan program pembinaan dan pendampingan atas dua puluh enam peternak Sapi Bali yang tersebar di Kecamatan Lambu, Woha dan Monta dengan jumlah dana yang disalurkan total sebesar Rp 562.900.000 (Lima ratus enam puluh dua juta sembilan ratus ribu rupiah) yang diberikan secara bertahap hingga akhir tahun 2011.

Bisa dikatakan ini merupakan titik balik kehidupan bagi para peternak, karena selama ini para mereka memelihara sapi dengan cara digembalakan di gunung, di kebun maupun di ladang. Secara perlahan, setelah diberikan pelatihan dan pendampingan seputar pemeliharaan ternak, maka secara bertahap mereka mulai melakukan pengandangan ternak.

Keuntungan yang mereka peroleh, setelah ternak dikandangkan, hasilnya menjadi lebih gemuk karena terjamin makanannya, tidak mudah terkena penyakit dan kotorannya mudah dikumpulkan  untuk kemudian dijadikan kompos. Meskipun kondisi alam di Bima adalah berbukit kapur yang akan menjadi gersang pada musim kemarau, akan tetapi di tiap lembahnya tetap terlihat subur karena masih banyak terdapat sumber air. Dengan demikian potensi hasil pertanian juga cukup menjanjikan.

Selain padi, bawang merah, jagung maupun kacang tanah merupakan beberapa komoditi pertanian yang mudah kita temukan di persawahan di sepanjang jalan. Sayangnya karena distribusi pemasaran yang belum tertata dengan baik, menyebabkan harga produk pertanian ini sangat rendah sehingga tidak dapat mengangkat penghasilan petani. Bayangkan  sekilo bawang merah hanya dihargai Rp 2.500 oleh para tengkulak. Menyedihkan sekali.

Saat kami berbincang dengan para peternak penerima manfaat, dengan antusias mereka bercerita bahwa selain mendapatkan ilmu dan ketrampilan beternak dengan benar, ketrampilan seputar kewirausahaan, pembuatan kompos, pembuatan makanan ternak, dan juga pengetahuan tentang pentingnya berorganisasi dengan membentuk kelompok juga mereka terima.

Satu hal yang sangat berkesan bagi mereka adalah untuk pertama kalinya warga akhirnya dapat merasakan daging kurban. Program Tebar Hewan Kurban (THK) yang dijalankan Dompet Dhuafa tak disangka sampai juga di daerah mereka yang terpencil jauh dari keramaian kota. Bagi mereka, daging kambing adalah makanan yang sangat mewah karena hanya dirasakan pada saat Idul Adha atau saat ada hajatan.

Ya, program THK memang berusaha untuk menyalurkan kurban dari para donatur agar dapat merata hingga pelosok Nusantara. Ucapan terima kasih yang tulus mereka sampaikan kepada para donatur Dompet Dhuafa sehingga para peternak dapat meningkat penghasilannya. Semoga semua potensi sumber daya di sini berupa pembuatan garam, sektor perikanan yang melimpah, juga dapat segera tergali dan bermanfaat sepenuhnya bagi anak negeri. Aamiin.


Bima nan gersang

Ladang penggembalaan sapi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar