Rabu, 23 Mei 2012

Disambut Upacara Netun yang Meriah di NTT



Pemusik memainkan biola dan okulele
 Setelah melakukan kunjungan di Kampung Ali, perjalanan selanjutnya yang menjadi tujuan kami adalah Kampung Tesi, yang masih terletak di desa yang sama, yaitu Desa Mauleum, Kec. Amanuban Timur, Kab. TTS. Di tempat ini Dompet Dhuafa juga membangun sebuah musholla yang diberi nama Al Muttaqin yang akan kami liput aktivitasnya.

Setelah berkendara sekitar 30 menit, tibalah kami di desa kecil ini. Begitu turun dari mobil, kami langsung disambut oleh warga yang telah berkumpul dengan berpakaian adat. Saya dengar beberapa orang memanggil-manggil nama saya. Ya, ini adalah kunjungan kedua saya sehingga tak heran sebagian dari mereka masih mengenali saya. Alhamdulillah.

Kejutan yang saya terima tidak berhenti sampai disitu saja. Warga menyambut kami dengan Upacara Netun yang sangat meriah. Saat akan memasuki halaman musholla, kami diminta untuk berdiam dulu di depan warga untuk diberikan pengalungan syal kain tenun khas Timor sebagai tanda persaudaraan.

Kemudian beberapa pemain musik mulai memainkan biola dan okulele sederhana yang mereka buat sendiri dari kayu dan para penyanyi mendendangkan lagu daerah yang sangat rancak diiringi dengan tepuk tangan yang mengikuti irama lagu. Sekitar sepuluh penari yang terdiri dari para gadis kecil dengan pakaian adat dan jilbab yang rapi menutup tubuhnya juga tak ketinggalan membentuk dua barisan dan ikut mulai menggerakkan tangan dan kakinya dengan gemulai. Setapak demi setapak kami berjalan mendekati musholla seiring para penari yang berjalan mundur memandu kami. Acara berikutnya adalah penyambutan oleh tetua kampung, sama seperti upacara Netun yang dilakukan di Kampung Ali seperti yang saya tulis sebelumnya di Bagian 1.

Setelah penyambutan selesai, kami dihidangkan berbagai macam makanan kecil dan dilanjutkan dengan makan besar berupa jagung bose, yaitu jagung yang direbus dan dicampur dengan kacang hijau dan dilengkapi dengan lauk berupa ayam serta sayuran. Yang istimewa, kali ini ada nasi yang tersaji tidak seperti saat pertama kali saya datang yang bertepatan dengan bencana kekeringan dan gagal panen hingga ada beberapa warga yang meninggal karenanya. Waktu itu hidangan yang ada hanya berupa singkong, pepaya muda dan pisang yang semuanya direbus dan lauknya berupa sambal tomat saja.

Alhamdulillah saat ini rumah bulat mereka telah penuh terisi jagung hasil panen saat musim hujan lalu, hingga mereka bisa tersenyum tak khawatir menghadapi hari-hari ke depan. Semoga Allah akan selalu melimpahkan keberkahan dan rejeki yang halal bagi para muslim di pedalaman NTT ini. Aamiin.

Para gadis menari mengikuti irama musik

Pengalungan kain tenun
Menyirih pinang
Memasak untuk makan bersama
Jagung bose dan pelengkapnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar