Sambil menapaki tangga turun penumpang spontan melantunkan Sholawat sehingga terdengar membahana di telinga membuat hati ini bergetar dan mata berkaca-kaca karena rasa haru yang menyeruak di dada.
Di lantai bawah ku cari pojokan sepi untuk duduk lesehan membuka bekal roti buat sarapan. Di samping kami ada keluarga yang juga tengah menikmati makanannya. Si ibu menawarkan nasi bakar begitu juga sebaliknya. Jadilah kami bertukar bekal.
Menuju kawasan Monas jalanan terlihat sangat padat. Sudah ku duga kami pasti kesulitan mendekat ke dalam. Pagar masuk Monas terlihat ditutup sehingga diputuskan untuk mendengarkan ceramah di luar pagar. Mau bergerak ke arah pintu masuk lainnyapun kondisinya sama, susah bergerak. Dan banyak yang mengatakan acara kali ini pesertanya lebih banyak dibandingkan dengan yang sebelumnya. Meskipun demikian antar peserta pada saling mengingatkan saat ada yang nekad berjalan menerabas taman. " Hoeey jangan injak tanaman, ga boleh..! Nanti kita semua yang kena fitnahnya..!
Ternyata ada untungnya juga karena di situ banyak Pedagang kecil yang ramai oleh pembeli yang sedang sarapan. Jadilah kami ngetem sambil makan Sate Padang biar makin kuat dalam menghadapi kenyataan. Hihihi.. Yang tidak enaknya adalah srampat sendal anakku putus sehingga dia akhirnya nyeker dan baru beralas kaki lagi setelah ketemu minimarket di dekat Stasiun saat menuju arah pulang.
Bagaimanapun juga aku bangga menjadi bagian dari mereka yang menciptakan sejarah acara Ukhuwah yang berlangsung damai meskipun dihadiri oleh jutaan orang.
#Reuni212
#UkhuwahIslamiyah
Di dalam kereta |
Suasana di Peron Stasiun Gondangdia |
Anak lanang |
Antrian mau masuk ke Monas |
Pedagang kecil laris manis |
Pemandangan dari dalam kereta |
Jl Kebon Sirih |