Akibatnya tak lama kemudian badan berasa lemes. Karena sudah tidak bisa fokus kerja akhirnya saya tiduran di musholla. Bangun tidur malah mual dan keluarlah semua isi perut dengan suksesnya hingga dua kali. Pulangnya sepanjang jalan muntah-muntah sampai 10 kali (tepatnya tidak dihitung, wong tidak kepikiran ngitung saking sudah klengernya).
Selama di RS praktis saya tidak menjalankan ritual rutin ngopi pagi dan harus menahan diri sampai beberapa waktu lamanya. Setelah sepuluh hari terlewati dan hasil pemeriksaan lab sudah tidak ada gangguan lambung lagi maka dilakukan uji coba untuk ngopi lagi. Sengaja nyeduhnya agak encer. Yang biasanya takaran kopinya sebanyak dua sendok teh, kali ini cukup satu sendok teh. Ternyata aman dan lancar jaya. Baru besoknya takarannya kembali normal dan Alhamdulillah sampai sekarang si perut tidak menampakkan tanda-tanda protes.
Akhirnya saya simpulkan bahwa ternyata kopi bukan penyebab gangguan lambung, itu hanya mitos. Syaratnya adalah kopinya adalah kopi asli tanpa campuran apapun. Selama ini saya selalu membeli kopi yang masih dalam bentuk biji tapi sudah dipanggang dan baru digiling/diblender untuk persediaan selama seminggu. Diminumnya tanpa gula, tanpa susu, tanpa krimer dll. Pokoknya murni kopi. Kalaupun ada yang bilang kalau kopi tidak baik buat lambung, bisa jadi yang diminum adalah kopi sachetan yang kalau dibaca kandungannya lebih banyak berisi pemanis, perasa buatan dan bahan kimia lainnya. Setahu saya kopi itu justru malah tidak baik buat mata, bukan lainnya.
Jadi ayo kita ngopi lagi biar tetep happy..!