|
Siap menyeberang ke Pulau Rote dengan kapal cepat |
Dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Iklan politik salah satu calon Presiden RI beberapa tahun yang lalu masih terngiang di telingaku. Ke-4 pulau yang disebut itu merupakan sebagian pulau terluar yang mewakili batas sebelah barat, timur, utara dan selatan Indonesia. Saat itu aku hanya bisa bermimpi untuk bisa menapakkan kaki di pulau itu, Alhamdulillah ternyata Allah mengabulkan keinginanku. Ya, aku telah mengunjungi 2 dan nyaris 3 dari pulau-pulau itu, yaitu Merauke dan Rote. Mengapa nyaris 3? Karena Aceh telah aku sambangi, dan sebenarnya sedikit lagi bisa sampai ke Sabang. Tinggal menyeberang tak kurang dari 1 jam, sampailah di sana. hehe...
|
Disambut alat musik Sasando |
Menuju ke Rote perlu nyali yang cukup besar, apalagi jika sedang musim angin. Mengapa? Karena perjalanan udara maupun laut akan menjadi tantangan tersendiri. Bagaimana tidak, dua kali aku kesana, saat akan mendarat di Bandara Eltari Kupang selalu terjadi turbulensi yang disebabkan oleh tiupan angin yang sangat kencang. Selama 15 menit pesawat terguncang cukup keras, rasanya seperti naik mobil di jalanan berbatu tapi ini terjadi di udara. Seru kan? Padahal di luar cuacanya sangat cerah lho. Bahkan yang kedua kalinya, saat mendarat roda pesawat tidak turun bersamaan tapi sebelah-sebelah sehingga pesawat sempat terasa oleng. Pokoknya harus banyak-banyak berdoa dan berdzikir untuk menenangkan hati.
|
Kupang saat musim kemarau |
Perjalanan udara saat itu dilayani oleh pesawat Lion, Sriwijaya dan Batavia dengan rute Jakarta-Kupang. Sayangnya Batavia satu-satunya maskapai yang menyediakan penerbangan langsung, saat ini sudah gulung tikar. Harga tiket pesawat Jakarta-Kupang pp berkisar di angka Rp 2 jutaan. Cabalah ke sini pada saat musim kemarau, maka kita akan lihat pemandangan yang eksotis dimana pemandangan di bawah akan terlihat berwarna coklat karena hampir semua pepohonan meranggas akibat kekurangan air.
|
Suasana di Pelabuhan Tenau |
Untuk menuju Rote, kita harus menyeberang laut. Jika ingin cepat, bisa naik kapal Bahari Express yang berangkat dari Pelabuhan Tenau tiap jam 08.30 WIB dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Tarifnya Rp 120rb untuk kelas ekonomi dan Rp 165rb untuk kelas VIP. Naik kapal Pelni juga bisa, tapi berangkatnya dari Pelabuhan Bolok dengan waktu tempuh sekitar 4 jam.
|
Suasana di dalam kapal Express Bahari kelas VIP |
Nah, jika sudah berada di tengah laut, kita akan menikmati sensasi berikutnya. Bersiaplah untuk menghadapi ganasnya ombak di Selat Pukuafu karena kita akan merasakan tamparan sang ombak di jendela kapal hingga membuat badan kapal seperti terombang-ambing. Suasana ini akan kita nikmati hingga 15 menit, sampai-sampai ada teman seperjalananku merasa mual, hampir muntah dan wajahnya terlihat pucat. Teman yang lain memilih minum obat sakit kepala agar bisa tertidur sehingga tidak ikut merasakan kejamnya guncangan. Akhirnya aku tahu mengapa Selat Pukuafu menjadi terasa menyeramkan. Tak lain karena di tempat inilah terjadi pertemuan arus dari Laut Timor, Laut Sawu dan Samudera Hindia. Hmmm... pantesan saja.
|
Di ruang nahkoda |
|
Pemandangan di luar kapal. Adem.. |
Saat sang ombak sudah kembali tenang, jangan lupa untuk menikmati indahnya pemandangan di luar. Kita akan disuguhi pemandangan laut yang bening berwarna biru kehijauan, langit yang juga biru berhiaskan awan putih yang cantik, dan tentu saja semilir angin yang menyejukkan. Kalau kita naik di kelas VIP, kita bisa masuk ke ruang kemudi untuk melihat apa saja yang ada di sana dan bagaimana nahkoda mengendalikan kapal. Asyik kan?
|
Sampai di Pelabuhan Ba'a |
Pelabuhan yang kita tuju di Rote adalah Pelabuhan Ba'a. Sebaiknya kita menyewa mobil atau angkot untuk menuju tempat tujuan, karena kota Ba'a ibukota Rote Ndao ini sangat sepi, tak ada banyak angkot yang bisa melayani ke berbagai tujuan. Sesaat kaki menapak di daratan, maka kita telah mulai disuguhi indahnya panorama salah satu batas negeri ini. Welcome to Rote Island..!
|
Angkot yang ku sewa, Ba'a - Papela Rp 300rb |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar