Seperti kita ketahui, Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan
salah satu daerah peternakan di Indonesia dimana sebagian besar kebutuhan
daging sapi didatangkan dari sini. Hampir di setiap rumah pasti memelihara
sapi, baik milik sendiri maupun memelihara milik orang lain dengan sistem bagi
hasil atas anak sapi yang dilahirkan.
Bersama pendamping dan peternak Bima |
Meskipun demikian, tingkat penghasilan penduduknya belumlah
dapat dikatakan sejahtera. Terbukti banyak dari mereka baik laki-laki maupun
peremuan yang memilih untuk bekerja di luar negeri sebagai Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) di bidang informal, yaitu sebagai pembantu rumah tangga maupun
berkerja di perkebunan. Negara favorit yang menjadi tujuan mereka adalah Timur
Tengah dan Malaysia.
Mengingat potensi yang besar namun belum tergarap dengan
optimal, pada bulan Agustus 2009, Dompet Dhuafa menurunkan program pembinaan
dan pendampingan atas dua puluh enam peternak Sapi Bali yang tersebar di
Kecamatan Lambu, Woha dan Monta dengan jumlah dana yang disalurkan total
sebesar Rp 562.900.000 (Lima ratus enam puluh dua juta sembilan ratus ribu
rupiah) yang diberikan secara bertahap hingga akhir tahun 2011.
Bisa dikatakan ini merupakan titik balik kehidupan bagi para
peternak, karena selama ini para mereka memelihara sapi dengan cara
digembalakan di gunung, di kebun maupun di ladang. Secara perlahan, setelah
diberikan pelatihan dan pendampingan seputar pemeliharaan ternak, maka secara
bertahap mereka mulai melakukan pengandangan ternak.
Keuntungan yang mereka peroleh, setelah ternak dikandangkan,
hasilnya menjadi lebih gemuk karena terjamin makanannya, tidak mudah terkena
penyakit dan kotorannya mudah dikumpulkan untuk kemudian dijadikan kompos. Meskipun
kondisi alam di Bima adalah berbukit kapur yang akan menjadi gersang pada musim
kemarau, akan tetapi di tiap lembahnya tetap terlihat subur karena masih banyak
terdapat sumber air. Dengan demikian potensi hasil pertanian juga cukup
menjanjikan.
Selain padi, bawang merah, jagung maupun kacang tanah merupakan
beberapa komoditi pertanian yang mudah kita temukan di persawahan di sepanjang
jalan. Sayangnya karena distribusi pemasaran yang belum tertata dengan baik,
menyebabkan harga produk pertanian ini sangat rendah sehingga tidak dapat
mengangkat penghasilan petani. Bayangkan
sekilo bawang merah hanya dihargai Rp 2.500 oleh para tengkulak.
Menyedihkan sekali.
Saat kami berbincang dengan para peternak penerima manfaat,
dengan antusias mereka bercerita bahwa selain mendapatkan ilmu dan ketrampilan
beternak dengan benar, ketrampilan seputar kewirausahaan, pembuatan kompos,
pembuatan makanan ternak, dan juga pengetahuan tentang pentingnya berorganisasi
dengan membentuk kelompok juga mereka terima.
Satu hal yang sangat berkesan bagi mereka adalah untuk
pertama kalinya warga akhirnya dapat merasakan daging kurban. Program Tebar
Hewan Kurban (THK) yang dijalankan Dompet Dhuafa tak disangka sampai juga di
daerah mereka yang terpencil jauh dari keramaian kota. Bagi mereka, daging
kambing adalah makanan yang sangat mewah karena hanya dirasakan pada saat Idul
Adha atau saat ada hajatan.
Ya, program THK memang berusaha untuk menyalurkan kurban
dari para donatur agar dapat merata hingga pelosok Nusantara. Ucapan terima
kasih yang tulus mereka sampaikan kepada para donatur Dompet Dhuafa sehingga
para peternak dapat meningkat penghasilannya. Semoga semua potensi sumber daya di sini berupa pembuatan garam, sektor perikanan yang melimpah, juga dapat segera tergali dan bermanfaat sepenuhnya bagi anak negeri. Aamiin.
Bima nan gersang |
Ladang penggembalaan sapi |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar