Jumat, 05 Oktober 2018
Apa Yang Harus Dilakukan Jika Kena Random Check?
Baru saja mangap mau ngemplok sisa Kebab yang siangnya dibeli di Shibuya, mendadak didatangi dua orang berseragam celana biru dongker dan atasan putih bergaris biru. Salah satunya sambil mengucapkan salam menunjukkan lencana polisi kaya di film Chips itu. Mak deg. Wah random check nih. Sering baca di group Backpacker banyak yang terkena check dan akhirnya dideportasi karena beberapa alasan. Perlahan ku kuasai diri buat apa takut kalau aku ga melakukan kesalahan?
Satu petugas dengan ramah ngajak ngobrol nanyain ngapain aku ke Jepang, kemana saja, hal menarik apa yang ditemui di sini, susah ga cari makanan halal, dll. Sementara petugas satunya lagi meminta ijin meminjam pasporku dan kemudian mencatat data yang ada di dalamnya. Sambil menunggu petugas ini mencatat, yang satunya lagi kemudian cerita kalau dia tahun lalu pernah ke Jakarta dan mengunjungi sebuah masjid yang sangat besar yang letaknya di depan gereja Katedral. Oooo.. itu namanya masjid Istiqlal mas. Trus dia nanya, kenapa tertarik ke Jepang? Ya aku jawab aja karena dulu terinspirasi sama film Oshin dan melihat kayanya Jepang asyik banget.
Di akhir obrolan (sebenarnya interview kali ya) dia memberikan buku Tokyo Muslim Travelers Guide buatku dan sambil senyum manis dia mengucapkan salam. Lha udah mau pulang kok baru dikasih buku panduan. Semoga ini adalah doa dan harapan kalau aku akan kembali lagi ke sini. Emang iya sih, masih banyak tempat yang belum ku datangi. Ok mas, makasih ya.. Orang-orang Jepang pada baik-baik kok seperti masnya.
Pas lagi baca buku panduan tiba-tiba datanglah seorang pria imut menghampiriku dan kemudian menanyakan apakah aku bersedia untuk mengisi kuisioner. Ternyata masnya adalah petugas dari Departemen Pariwisata yang sedang melakukan survey untuk meningkatkan layanannya bagi wisatawan. Aduh, jadi berasa kaya artis deh banyak yang memintaku interview. Apa karena wajahku ini semurvey ya?
Habis ngisi kuisioner gantian masnya aku kerjain tak ajak selfi. Habisnya tadi mau ngajak selfi mas Polisi ga berani sih. Pas aku pasang tongsis dia bilang gini, tapi wajahku ga fotogenik lho. Ah, masnya merendah deh. Ceklik..!
Jadi pointnya adalah saat kita kena random check agar tetap tenang, kendalikan diri jangan gugup dan grogi, jawab semua pertanyaan dengan jujur dan siapkan semua dokumen yang diperlukan. Gampang kan?
#Japan
#RandomCheck
#JapanSoloTravel
Ke Jepang Dengan Modal 6 Jutaan? Bisa..!
Berawal dari promo free seat dari maskapai merah yang sering menawarkan tiket murah ke berbagai negara. Tahun ini sebenarnya inginnya ke Vietnam dan Kamboja, tapi setelah dicari-cari kok harganya masih mahal. Akhirnya putar haluan cari yang ke Jepang yang memang sudah sejak lama jadi impian untuk dikunjungi.
Taraaa...! Dapatlah tiket Jakarta - KL - Haneda untuk awal Agustus 2018 dengan harga Rp 3 juta. Waktu itu yang langsung ke Narita belum dibuka. Tapi ada untungnya juga karena akhirnya malah bisa sekalian mampir ke Melaka karena ada pilihan yang bisa transit 16 jam dari pagi hingga jelang tengah malam. Sebagai warga backpacker yang baik dan benar kesempatan ini jelas sayang jika dilewatkan. Ya ga.. ya ga..?
Ternyata bulan Agustus adalah musim panas yang kalau siang suhunya bisa mencapai hampir 40 °C. Jadilah googling tempat wisata yang berada di pegunungan dan lokasinya tak begitu jauh dari Tokyo. Maklum cuma punya waktu 6D5N di Jepang jadi tak bisa ke tempat yang jauh-jauh.
Setelah membandingkan sana sini, akhirnya ditetapkan Nikko dan Kawaguchiko sebagai tujuan utama. Eh dapat info dari teman kalau di musim panas ada Festival Kembang Api alias Hanabi dan sekalian sudah ada jadualnya akan diadakan di mana saja dan waktunya juga sudah tercantum di situ. Ndilalahnya salah satu lokasinya adalah di Danau Kawaguchiko. Pucuk dicinta ulam tiba. Dan tanpa disangka saat di Nikko pun ada Warake, Festival Menari. Asyik kan? Jadi janganlah ragu untuk mengunjungi Jepang saat musim panas ya?
Untuk mengunjungi Nikko, Kawaguchiko dan Tokyo selama 6 hari dana yang harus dikeluarkan untuk penginapan, makan, transportasi lokal dan masuk ke obyek wisata cukup sebesar 25 ribuan Yen saja atau Rp 3,3juta. Makan bisa murah cukup jajan beberapa kali saja karena bawa bekal oat, roti bakar, telur rebus, 3 bungkus mie instant, abon, kering tempe kacang dan kurma. Maklum cari makanan halal kan ga semudah cari warteg di Jakarta? Jadi biar hemat waktu seringnya masak saja di penginapan dan jajannya cukup sesekali aja. Untuk itu pastikan cari penginapan yang ada dapurnya minimal ada microwavenya. Oiya malam pertama tidurnya di Bandara karena sampai Haneda sudah tengah malam. Tadinya mau nginap di rumah teman tapi karena beberapa pertimbangan akhirnya batal demi hukum.
Jadi menurut teman-teman dengan total biaya Rp 6,3 juta dengan rincian tiket pesawat 3juta (sudah sekalian mampir ke Melaka), akomodasi & transportasi selama di Jepang 3,3juta apakah termasuk murah atau mahal?
#Japan
#JapanItinerary
#JapanSoloTravel
Kawaguchiko, Danau Cantik Dengan View Gunung Fuji
Jika Pegunungan Nikko belum begitu banyak dikenal oleh wisatawan Indonesia, maka Kawaguchiko yang juga terletak di kaki Gunung Fuji seringnya telah menjadi destinasi wajib meskipun biasanya cuma seharian tanpa menginap. Karena aku memang sudah niat mau dua hari di sini, dari jauh hari sudah booking transportasi PP dari Shibuya dan tentunya juga termasuk penginapannya. Selain dari Shibuya, Highway bus juga ada yang berangkat dari Shinjuku dengan jadual tertentu yang bisa dilihat dan dipesan tiketnya di websitenya. Pembayaran dilakukan dengan kartu kredit.
Perjalanan bus sebagian besar melalui tol dengan waktu tempuh antara 2,5 sd 3 jam tergantung lancarnya arus lalu lintas. Kanan kiri jalan banyak terlihat tanaman padi yang terhampar hijau menyejukkan pandangan mata. Sesampainya di terminal yang juga menyatu dengan Kawaguchiko Station lebih baik langsung beli Retro Pass di loket Sightseeing bus seharga 1500 Yen yang berlaku selama dua hari untuk Green line, Red line dan Blue line bus. Peta dan rute bus nanti akan diberikan pada saat tiket sudah kita beli. Waktu itu aku hanya menggunakan Red line yang keberangkatannya 15 menit sekali dan Green line yang berangkat tiap 30 menit. Bus hanya berhenti di halte yang telah ditentukan, tapi jangan bayangkan haltenya seperti yang ada di Indonesia karena hanya berwujud sign kecil seperti rambu lalu lintas. Tarif bus kalau kita ngeteng adalah mulai dari 150 Yen hingga 810 Yen.
Terdapat banyak penginapan di sekitar stasiun maupun di tepi Danau. Kebetulan tempatku menginap yaitu Capsule Inn Fujisan sangat strategis karena dekat halte bus, hanya terletak 100 meter dari Danau, 5 menit jalan kaki ke Lawson minimart dan hanya 5 menit naik bus menuju restoran halal masakan India Alladin Indo. Sayangnya ketika jam 13.30 mau titip koper ke hostel ternyata hostel masih tutup dan baru buka jam 16.00 bertepatan dengan waktu check-in. Jadilah si koper dibawa ke tempat makan dan muter-muter.
Tempat wisata di sekitar Danau Kawaguchiko yang dilewati Red bus maupun Danau Saiko yang dilewati Green bus jumlahnya cukup banyak. Idealnya minimal kita harus tinggal selama 3 hari kalau ingin puas menikmati semuanya. Hanya beberapa spot yang bisa ku kunjungi yaitu Oishi Park untuk menikmati beraneka warna bunga yang indah plus view danau dengan Gunung Fuji di belakangnya, Kachi-Kachi Ropeway untuk melihat danau dari atas bukit (meskipun akhirnya ga jadi naik gondolanya), seputar Ohashi Bridge dan nonton Hanabi ( Festival Kembang Api) di pinggir danau serta mengunjungi Saiko Iyashi No Sato Nenba (Pedesaan dan budaya Jepang tempo dulu).
Meskipun Gunung Fuji sempat menampakkan diri, tapi puncaknya tak terlihat tertutup salju seperti yang ada di kalender itu. Ya iyalah kan lagi musim panas, jelas saja saljunya ngumpet. Tapi view-nya tetap terlihat cantik sebagai background danau Kawaguchiko.
#Jepang
#Kawaguchiko
#OishiPark