Tujuan selanjutnya setelah Grand Palace adalah Wat Pho yang terkenal dengan Reclining Buddha atau patung raksasa berlapis emas yang sedang berbaring. Menjelang pintu masuk ketemu sopir Tuktuk yang bilang kalau Wat Pho belum buka sehingga dia menawarkan mengantar ke Pasar Apung. Jangan percaya karena ini hanya akal-akalan dia saja karena bisa jadi karena dia sudah bekerja sama dengan pedagangnya sehingga kalau dia bisa membawa turis ke sana maka akan mendapatkan fee. Dan ternyata dugaanku benar karena ternyata Wat Pho buka dari jam 8 pagi sd jam 18.30. Harga tiket masuk B100 (40rb) termasuk satu botol minuman air mineral dingin yang bisa diambil di depan pintu masuk Reclining Buddha.
Patung Buddha ini adanya di area paling belakang. Kalau mau masuk kita harus lepas alas kaki. Tapi tak usah khawatir karena di depan pintu masuk telah disediakan tas untuk menyimpan sepatu kita. Selain itu pakaian yang dikenakan harus tertutup dan sopan ya.
Patung Buddha ini dibuat berlapis emas dengan panjang sekitar 60 meter. Meskipun adanya di dalam ruangan tertutup tapi juga diberi pagar keliling. Kali biar emasnya tidak dicuil sama pengunjung ya.. Hehehe. Kalau mau ambil gambar si patung secara utuh bisa dilakukan dari belakang dan diberikan tempat khusus yang agak menjorok. Tentu saja harus antri.
Dari Wat Pho tujuan selanjutnya paling mudah adalah Wat Arun. Dari pintu keluar langsung saja belok kiri menuju Dermaga Tha Tien. Di sini banyak pedagang yang menjual buah-buahan, jus dan makanan lainnya. Jangan lupa beli ketan mangga yang ternyata rasanya enak lho. Seporsi harganya B50 (20rb). Untuk menuju Wat Arun kita harus menyeberang naik ferry dengan tiket seharga B4 (rp 1.600). Murah karena memang kuilnya sangat dekat sudah terlihat di seberang sana.
Sayangnya saat ini Wat Arun sedang direnovasi sehingga stupanya tertutup oleh scaffolding. Sayang sekali ya.. Berhubung cuaca sangat terik kami akhirnya beristirahat dulu di pinggiran sungai sambil makan cemilan. Itulah enaknya ngebolang karena bisa beristirahat kapan saja tanpa harus diuber-uber waktu sama tour leader.
Selesai leyeh-leyeh lanjut jalan kaki ke Masjid Tonson yang terletak 1 km di belakang Wat Arun. Eh di tengah perjalanan nemu restoran halal yang yang menjual makanan lokal namanya Hava Resto. Kebetulan banget karena kami memang belum makan siang. Semangkok Tom Yum Kung dan Green Curry menjadi pilihan kami. Enak banget tapi green curry nya terlalu pedas sehingga kuahnya tidak dimakan. Harga makanan antara B80-100, minuman jumbo coklat, green tea dll cukup ditebus seharga B25 per gelas.
Setelah kenyang perjalanan lanjut ke Masjid Tonson untuk sholat jamak dhuhur dan ashar. Konon kabarnya ini adalah masjid tertua di Bangkok. Letaknya ada di samping flyover dan di dalam komplek masjid ini juga terdapat pemakaman muslim.
Selesai sholat karena capek kami naik Tuktuk dengan tarif hasil tawar menawar sebesar B60 (mintanya sih B100) sekalian mencoba alat transportasi khas Thailand ini menuju Dermaga Wat Arun untuk melanjutkan perjalanan ke Asiatique.
Ketan mangga yang yummy |
Wat Arun dari seberang (Dermaga Tha Tien) |
Klekaran sejenak menghilangkan penat |
Ke Bangkok tak lengkap kalau tak makan Tom Yum Kung dan Kari |
Tonson Mosque, masjid tertua di Bangkok |
Wat Arun sedang direnovasi |
Sisi lain Wat Arun |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar